Ngeri Gan, Inilah Penyakit Aneh Manusia Tumbuh Kawat dari Perutnya
Ibu
ini dikenal dengan manusia kawat, karena dalam tubuhnya tumbuh kawat
kawat. ini benar beanr terjadi. Benar benar manusia aneh di dunia.
Perempuan
yang telah berusia 40 tahun ini mengaku hingga saat belum memiliki
calon pasangan hidup, karena khawatir sang suaminya akan menyesal
dengan penyakit aneh yang dideritanya.
Ketika remaja hingga duduk di bangku kuliah di Samarinda, Noor dikenal sebagai perempuan yang tomboy.
penyakit aneh (kawat keluar dari perut) yang dideritanya sejak tahun
1991 telah mengubah semua kisah hidupnya itu menjadi bencana. Saat
itu, umurnya yang sudah menginjak usia 22 tahun yang menurutnya
saat-saatnya menunggu sang kumbang datang untuk melamar. Akhirnya rasa
malu bercampur minder pun bercampur aduk menjadi satu, membuat
dirinya pun harus menutup diri kepada semua orang, khususnya kepada
semua laki-laki untuk urusan asmara atau ke jenjang yang lebih jauh
yakni pernikahan. Hingga menginjak usianya yang ke-40 tepatnya 9
Januari lalu, Noor masih sendiri atau belum memiliki suami untuk
berbagi dalam suka maupun duka.
Meski
tetap berkutat dengan penyakit aneh itu, jiwa sosial yang dimilkinya
sejak dulu tetap bisa disalurkan dengan menjadi guru di sebuah
sekolah binaan PKK, Sangatta, Kutai Timur. "Noor memang sangat suka
dengan anak-anak. Dan anak-anak yang diajarinya pun sangat suka
dengan dia, jadi kalau sehari atau dua hari saja dia tak masuk
mengajar, anak-anak yang diajarinya itu menangis meminta hanya dia
yang mengajari mereka," tutur Siti Robiah, kakak kandung Noor.
Menurut
Robiah, adiknya itu memiliki prinsip tidak mau menyusahkan orang lain,
tak mau menjadi beban keluarga. Tiap kali melihat penderitaan yang
dialami adik kesayangannya itu, Robiah mengaku selalu tak bisa
menahan air mata menetes di pipinya. "Kalau Allah SWT memang
menghendaki untuk mengambilnya saat ini, kami sangat ikhlas sekali,
daripada melihat penderitaan yang harus dirasakannya selama puluhan
tahun," ujar Robiah.
Posted by Blog Kawula Muda
on 11.47.
Filed under
Aneh-Nyata
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0