Misteri Seputar Harta Karun Bung Karno

Namun lelaki yang menyebut diri satria piningit bernama Soenuso Goroyo Soekarno mengaku
dapat mengangkat peninggalan Presiden Pertama RI itu. Bentuknya berupa
ratusan keping emas lantakan, platinum, sertifikat deposito obligasi
garansi, dan lain-lain. "Ini baru sampel dan silakan mengecek kebenarannya. Jika bohong, saya siap digantung," katanya, Jumat kemarin, kepada pers.
Mantan
anggota TNI yang dahulu bernama Suwito itu sengaja mengundang wartawan
di rumahnya, Perumahan Cileungsi Hijau, daerah perbatasan Bogor-Bekasi,
untuk menyaksikan temuannya. Di rumahnya yang cukup megah disiapkan
hidangan layaknya orang hajatan. Maklum, Goroyo, begitu dia biasa
disapa, juga mengundang Pangdam Jaya, Kapolda, dan anggota Muspida.
Tetapi dari mereka, tak ada pejabat datang.
Kepada
tamunya, suami RA Lastika ini memperlihatkan peti besar berisi ratusan
keping emas lantakan, masing-masing beratnya 8 ons bergambar Soekarno
dan di baliknya ada gambar padi dan kapas. Pada satu sisinya ada tulisan
80 24K 9999. Sementara itu emas putih (platinum) juga berbentuk
lantakan berlogo tapal kuda putih bertulisan JM Mathey London. Logam itu
dibungkus emas dan bersertifikat emas pula.
Meskipun
bersertifikat dan diyakini keasliannya, pada kesempatan itu tidak
dihadirkan orang yang mengetahui emas atau pakar yang bisa memastikan
asli atau tidak harta benda tersebut.
Memberi Kuasa
Peninggalan
lain berupa sertifikat deposito bertanggal 16 Agustus 1945 yang
dikeluarkan oleh BPUPKI yang menyebut sejumlah harta yang disimpan di
suatu tempat. Ada pula sertifikat berbahasa Inggris yang juga disegel
dan ditulis di atas lembar kuningan. Sertifikat itu ada yang bertuliskan
"Hibah Substitusi" yang dipercayakan kepada R Edi Tirwata Dinata (108).
Yang
terakhir ini, konon karena sudah tua, lantas memberikan kuasa kepada R
Anton Hartono untuk mengurus harta benda yang disimpan di Swiss.
Bentuknya mikrofilm, dua lembar dokumen, anak kunci boks deposit di JBS,
Jenewa, dan dua buah koin. Di dalam sertifikat itu disebutkan, ada dana
berjumlah 126,2 miliar dolar AS dan 63,10 miliar dolar AS.
"Insya Allah, jika saya diberi izin, semua harta peninggalan Bung Karno ini bisa membayar utang kita. Saya yakin bisa melaksanakannya," ungkap Goroyo sembari membantah dirinya paranormal. Dia juga membantah berambisi menjadi presiden atau jabatan politis lain. "Semua saya lakukan dan beberkan untuk membangun negara kita," tegasnya.
Saat mendekati rumahnya, di pintu gerbang perumahan dan di depan rumahnya terpampang spanduk putih bertulisan merah, "Satrio Piningit Soenuso Goroyo Soekarno sang Juru Selamat Telah Hadir di Bumi Indonesia."
Namun
wartawan yang datang sejak pukul 11.00, baru diterima seusai shalat
jumat. Goroyo mengenakan stelan jas putih, sepatu putih, mirip yang
dikenakan Presiden Soekarno.
Di
ruang tamunya juga dipajang foto dirinya bersama seorang jenderal. Ada
pula yang memperlihatkan saat dirinya menjadi anggota Batalyon Arhanud
SE 10/Kodam Jaya. Namun, dia enggan membeberkan latar belakang jati
dirinya. "Saya ini orang susah. Jadi tentara pangkatnya juga di sini
(memegang lengannya). Jika saya pakai pakaian seperti ini, hanya model.
Kebetulan saya suka," tuturnya.
Proses Pencarian
Goroyo
mengemukakan, dia hanya ingin ada saksi dari aparat soal harta
temuannya itu. Selanjutnya akan diserahkan kepada Presiden Megawati dan
diharapkan bisa melunasi utang luar negeri pemerintah. "Saya tidak ingin
imbalan apa pun termasuk jabatan. Saya hanya butuh pengakuan dan surat
kuasa untuk meneruskan pencarian harta ini. Namun tampaknya Kapolda dan
Kapolri berhalangan."
Dia menceritakan proses pencarian harta tersebut.
Diawali
dari kebiasaannya bertirakat di berbagai tempat, lantas mendapatkan
petunjuk. Petunjuk awal adalah sebuah tongkat wasiat yang diyakini
tongkat komando milik Presiden Soekarno yang kemudian disimpannya hingga
kini.
Selanjutnya, dengan tirakat pula, secara gaib harta benda itu bisa diangkat dari beberapa daerah di Bali, Jawa Tengah, dan Sumatera Selatan. "Meskipun benda ini kini nyata, tapi awalnya adalah harta gaib. Jadi, mengambilnya juga dengan cara gaib. Saya tidak boleh memilikinya. Saya diperintahkan menyerahkan kepada negara untuk menyelamatkan bangsa," paparnya.
Ketika
disinggung, kenapa justru membeberkan kepada wartawan, bukan langsung
menyerahkan kepada pemerintah, Goroyo menyatakan dirinya sudah capai
berhubungan dengan pejabat. Awalnya dia melapor kepada Presiden
Megawati, tapi tidak digubris. Kemudian kepada mantan atasannya, Kol Art
Harus Putri Osa, Dan Men Arhanud I Kodam Jaya, ke Mabes TNI, bahkan
juga dilaporkan kepada anggota DPR Permadi SH.

Namun semua seperti tidak menghiraukannya. "Karena itu, saya mengundang rekan-rekan wartawan untuk menyaksikan langsung," ujar
Goroyo sembari menegaskan, sebagai satria piningit dirinya mengemban
tugas menyelamatkan bangsa. Sebutan satria itu dia jelaskan, tidak ada
kaitannya dengan ramalan yang pernah diucapkan Permadi bahwa negeri ini
akan dipimpin satria piningit.

